Tampilkan postingan dengan label Ekspose. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekspose. Tampilkan semua postingan

Nora NH, Penyair Perempuan dari Sampang

Kamis, 07 Mei 2020


Mencari penyair perempuan di Madura ini memang tak sesulit mencari selembar jerami di tumpukan jutaan jarum. Namun faktanya, popularitasnya tak setenar para penyair pria yang bahkan sudah terlihat go internasional. Tapi satu hal yang perlu digaris-bawahi, tak terlihat bukan berarti tak ada.

Nora NH merupakan salah satu dari sekian penyair berdarah Madura yang tak terlihat ketenarannya. Ya, aktivitasnya sebagai mahasiswi sekaligus guru sukwan justru hampir menutupi kepiawaiannya mengolah kata-kata sebagai bahan tulisan.

Nora NH merupakan nama pena dari Nur Hasanah, gadis kelahiran Sampang 27 Desember 1993. Panggilan Nora memang lebih dikenal ketimbang nama aslinya. Meski begitu, agar tetap ada, ia pasang NH di belakang nama Nora. “Ya, saya tidak ingin menghilangkan nama yang telah diberikan keluarga saya. Bagi saya nama beken itu tetap tak bisa menggantikan nama asli,” alasan dara manis itu, pekan kedua Juni lalu.

Suka menulis dan penjadi penulis bukanlah suatu kebetulan. Nora mengakui jika menjadi penulis adalah cita-citanya, selain juga ingin menjadi seorang guru. Untuk itu, sejak duduk di bangku SMA, Nora sering mengikuti berbagai lomba tingkat kecamatan. Seperti lomba pidato, menulis puisi sekaligus membacakannya. “Alhamdulilah setiap mengikuti event itu selalu meraih juara,” akunya, bangga.

Bagi Nora, menulis adalah cara termudah mengurai gejolak jiwa yang tersirat. Menulis juga merupakan tempat menuangkan pikiran, wawasan, pengalaman, dan lain sebagainya. Menulis juga merupakan aset penting yang dapat selalu dikembangkan sepanjang masa.

Buah manis mulai dikecapnya.Ia terpilih sebagai Kontributor Favorit dalam menulis puisi di SABANA PUSTAKA, Surakarta, 1 Agustus 2016. Selain itu dia juga pernah masuk dalam kategori 50 Penulis Terbaik, saat mengikuti event menulis antologi puisi yang diadakan oleh Media Penulis of Indonesia¬, di Bogor, 10 Agustus 2016. Saat ini, ia ikut serta membangun komunitas pencinta sastra, Komunitas Tegghal, bersama teman-teman kampusnya di STKIP PGRI Sampang.

“Bukan fisik dan penampilan, tapi motto, kualitas dan karya yang membuat seseorang dianggap ada. Dan yang terpenting tetaplah menjadi diri sendiri. Sehebat apapun kita, akidah dan akhlak di atas segalanya,” pesannya.(kirom/farhan/matamadura)

Seterusnya.. | komentar

"Mutiara yang Terserak" Diluncurkan

Sabtu, 10 Februari 2018

Para penulis dan Lilik Rosida Irmawati (ujung kanan)
Sebagai agen gerakan literasi di Sumenep, Rumah Literasi Sumenep  telah meluncurkan buku Bunga Rampai Cerita Rakyat Sumenep “Mutiara yang Terserak” di aula Kominfo Sabtu pagi, 10 Pebruari 2018

Menurut Ketua RULIS, Lilik Rosida Irmawati, latar penerbitan buku ini  sebelumnya diawali dari Sayembara Penulisan Rakyat Sumenep 2017 yang diikuti para guru. “Memang pesertanya disyaratkan  sebagai guru”.

Mengambil tema cerita rakyat ini menurutnya untuk memberi ruang kreatifitas pada guru, agar ikut peduli untuk menggali dan mengembangkan kearifan lokal Madura dalam bentuk kisah atau cerita, karena selama ini dinilai cetakan buku cerita rakyat jarang dan langka diterbitkan.

Penerbitan buku kearifan lokal Madura dalam bentuk cerita rakyat merupakan salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai dan konsepsi-konsepsi ditengah masyarakat, dan kemudian diyakini sebagai blue-print yang menjadi penuntun dalam perjalanan hidup seseorang maupun masyarakat setempat.

Nilai dan konsepsi itulah yang kemudian menjadi pedoman dalam mepertimbangkan tingkah laku dalam wilayah kebudayaan oleh pewarisnya. Tingkah laku setiap individu dan kelompok melalui ekspresi-ekspresi simbolik mereka merupakan cara bagaimana manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan.

Dari pemikiran inilah Rumah Literasi Sumenep berusaha menjembatani keinginan bersama melalui Sayembara Menulis Cerita Rakyat Sumenep tahun 2017, yang kemudian direpresentasikan dalam bunga rampai cerita rakyat sebagaimana dalam penerbitan buku ini.
Sebagai tindak lanjut dari tahapan tersebut sayembara yang diikuti 32 naskah yang masuk dan kemudian dipilih dan ditetapkan oleh dewan juri, maka  delapan guru penulis dikategorikan layak terbit setelah dilakukan seleksi dengan ketat, yakni cerita rakyat berjudul  Asal Mula Sumur Tanto, (Abd. Warits); Tembuk Olo-Olo (Moh. Rasul Maulidi); Rama Kaè, Ramalan Musim, dan Penantian yang Tak Bisa Dihentikan (Faidi Rizal); Asal Usul Desa Lombang (Khairul Umam); Kepak Sayap Sang Kuda Terbang  (Akhmad Asy’ari); Kisah Pangeran Jaka Lombang dan Puteri Cemara Udang (Ngati Ati); Pottrè Konèng , Takdir Keajaiban dan Derai Airmata  (Rusdi); dan Petualangan Sang Tokoh Legendaris (Sri Suryani).

Lebih jauh, dari penulisan cerita rakyat Sumenep ini, paling tidak telah menyelamatkan dan mendokumentasikan aset budaya yang mayoritas dipelihara secara tutur-tinular. Secara garis besar, kehadiran bunga rampai ini selain bertujuan menyelamatkan aset budaya daerah juga mengomunikasikan kembali cerita tutur yang ada ke dalam bentuk teks sehingga menggugah motivasi pihak lain yang sesenergi untuk ikut serta mengemas cerita tutur yang bermunculan di masyarakat Sumenep menjadi tulisan dan lebih terpelihara.(rulis)








Seterusnya.. | komentar

Nora NH, Menulis Cara Termudah Mengurai Gejolak Jiwa

Rabu, 09 Agustus 2017

Nora HN (foto: Mata Madura)
Mencari penyair perempuan di Madura ini memang tak sesulit mencari selembar jerami di tumpukan jutaan jarum. Namun faktanya, popularitasnya tak setenar para penyair pria yang bahkan sudah terlihat go internasional. Tapi satu hal yang perlu digaris-bawahi, tak terlihat bukan berarti tak ada.

Nora NH merupakan salah satu dari sekian penyair berdarah Madura yang tak terlihat ketenarannya. Ya, aktivitasnya sebagai mahasiswi sekaligus guru sukwan justru hampir menutupi kepiawaiannya mengolah kata-kata sebagai bahan tulisan.

Nora NH merupakan nama pena dari Nur Hasanah, gadis kelahiran Sampang 27 Desember 1993. Panggilan Nora memang lebih dikenal ketimbang nama aslinya. Meski begitu, agar tetap ada, ia pasang NH di belakang nama Nora. “Ya, saya tidak ingin menghilangkan nama yang telah diberikan keluarga saya. Bagi saya nama beken itu tetap tak bisa menggantikan nama asli,” alasan dara manis itu, pekan kedua Juni lalu.

Suka menulis dan penjadi penulis bukanlah suatu kebetulan. Nora mengakui jika menjadi penulis adalah cita-citanya, selain juga ingin menjadi seorang guru. Untuk itu, sejak duduk di bangku SMA, Nora sering mengikuti berbagai lomba tingkat kecamatan. Seperti lomba pidato, menulis puisi sekaligus membacakannya. “Alhamdulilah setiap mengikuti event itu selalu meraih juara,” akunya, bangga.

Bagi Nora, menulis adalah cara termudah mengurai gejolak jiwa yang tersirat. Menulis juga merupakan tempat menuangkan pikiran, wawasan, pengalaman, dan lain sebagainya. Menulis juga merupakan aset penting yang dapat selalu dikembangkan sepanjang masa.

Buah manis mulai dikecapnya.Ia terpilih sebagai Kontributor Favorit dalam menulis puisi di Sabana Pustaka, Surakarta, 1 Agustus 2016. Selain itu dia juga pernah masuk dalam kategori 50 Penulis Terbaik, saat mengikuti event menulis antologi puisi yang diadakan oleh Media Penulis of Indonesia¬, di Bogor, 10 Agustus 2016. Saat ini, ia ikut serta membangun komunitas pencinta sastra, Komunitas Tegghal, bersama teman-teman kampusnya di STKIP PGRI Sampang.

“Bukan fisik dan penampilan, tapi motto, kualitas dan karya yang membuat seseorang dianggap ada. Dan yang terpenting tetaplah menjadi diri sendiri. Sehebat apapun kita, akidah dan akhlak di atas segalanya,” pesannya.
Sumber: Mata Madura

Seterusnya.. | komentar

Terima Kasih Telah Dukung “Perempuan Laut”

Rabu, 28 Desember 2016

Peluncuran buku antologi puisi 10 penyair perempuan Madura “Perempuan Laut” menurut sejumlah pihak dikatakan sukses. Alhamdulillah, semua ini berkat dukungan semua pihak, khususnya Allah SWT yang memudahkan usaha dan jalan kami sehingga menjadi sesuatu yang mudah-mudahan punya arti bagi kita semua.

Mengumpulkan sejumlah penyair perempuan sebenarnya merupakan obsesi lama saya, termasuk ambisi besar saya untuk mengumpulkan seluruh penyair Madura lintas generasi dari generasi awal sampai generasi akhir. Tentu dengan berharap kedepan peristiwa ini bisa terealisasi.

****

Saya sebagai pribadi maupun penggerak Forum Bias menyampaikan terima kasih kepada bapak Novi Sujatmiko selaku Dirut BPRS Bhakti Sumekar Sumenep, yang secara spontan memenuhi keinginan kami dalam penerbitan buku baru “Perempuan Laut”.

Terima kasih pula pada sahabat saya Suprianto Ahmad yang sangat penting perannya membantu mengedit naskah puisi, memperjuangkan dan mengurus penerbitan sampai bisa meningkatkan jumlah oplah buku. Hal ini juga terkait peran sahabat Ilung S Enha dalam mengisi epilog buku dan keridhaan sahabat Saiful Amin Ghofur penerbit Kaukaba Jogyakarta yang dengan ikhlas melipatkan gandakan jumlah cetak. Terima kasih pada Jamal D. Rahman Full yang telah memberi prolog buku. Semua itu menjadi sejarah bagi Forum Bias dan pihak-pihak yang mengapresiasi peristiwa kesejarahan sastra di Madura.

Terima kasih pada sahabat Eko Suhartono Hadie yang terus mendampingi saya untuk mensukseskan peluncuran buku, istri saya Lilik Soebari yang mendorong untuk terus bergerak, Matroni Musèrang, Khairul Umam beserta istri dan yang lain dalam kepanitiaan. Terima kasih pada Fendi Kachonk dan Penerbit Kampoeng Djerami yang menyediakan ISBN, rekan-rekan Rumah Literasi Sumenep, yang terlibat langsung dalam kepanitiaan serta Feri Ferdiansyah Kepala Biro Sumenep Jawa Pos Radar Madura yang turut bersimpati dalam bentuk pemberitaan.

Tentu wabil khusus saya ucapkan terima kasik pada 10 penyair perempuan; Weni Suryandari telah datang dari Bekasi pada saat peluncuran, Nurul Ilmi El-Banna, Salama Elmie dari Jogya, si manis dan mungil Nay Juireng Dyah Jatiningrat yang harus meninggalkan tugas belajarnya di Malang. Terima kasih para penyair yang berdomisili di Sumenep, Nok Ir, Linda Autaharu, Benazir Nafilah Syamlan, Tika Suhartatik dan Juwairah Mawardi, yang sebelumnya satu dengan yang lain tidak saling mengenal, kini menjadi akrab membangun citra kekeluargaan setanah air Madura, sehirup udara Sumenep. Yang tak kalah penting, Maftuhah Jamal meski berhalangan hadir, namun dukungan dan doanya makin membakar semangat saya untuk menuntaskan proses buku “Perempuan Laut”

Terima kasih pada Bapak Moh. Bakri Kepala Kemenag Sumenep, yang telah yang telah menyediakan sarana prasarana acara peluncuran, bapak Rifa'i Hasyim Kasi Penmas Kemenag yang menyediakan minuman serta sejumlah pihak yang turut berpatisipasi suksesnya acara peluncuran. Juga K M Faizi dan As'ari Chatib dari An-Nuqayah dengan spontan para penyair bisa bersilaturrahmi.

Namun yang paling penting dan prinsip bagi saya “publik menantang ke 10 penyair, kedepan dapat membuktikan dengan melahirkan karya yang lebih dahsyat dan berkulitas".

Kebersamaan menjadi dasar utama dalam membangun hidup berkesenian.

Seterusnya.. | komentar

Silaturrahmi Sastra "Perempuan Laut" di Ponpes Annuqayah


Weni Suryandari, Lilik Soebari dan Juwairiyah Mawardy
Setelah peluncuran antologi puisi 10 Penyair Perempuan Madura “Perempuan Laut”, para penyair perempuan sempat bersilaturrahmi sastra di Pondok Pesan Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, Minggu siang (25/12).

Silaturrahmi yang diikuti para santri dri Madrasah Aliyah dan para komunitas seni putri setempat, kesembilan penyair sempat membacakan puisi-puisinya antara lain Weni Suryandari, Juwairiyah Mawardy, Tika Suhartatik, Linda Autaharu, Benazir Nafilah, Nurul Ilmi, Nay Jainingrat DJ, Salam Ilmie dan Nok Ir. Seperti dikabarkan sebelumnya, salah satu penyair Maftuhah Jakfar dari Depok berhalangan hadir.

Perwakilah dari siswi MA
As’ari Chotib dari MA Annuqayah merasa senang dan bangga saat kedatangan tamu-tamu penyair perempuan, “Kami sangat mengapreasiasi kedatangan para penyair, karena sebagai movivasi bagi santriwati Annuqayah, semoga menjadi masukan dan pelajaran bagi pengembangan sastra di lembaganya,” ujarnya.

Hal serupa disampaikan K. M. Faizi, penyair dan pengasuh pondok pesantren yang berlokasi wilayah barat kota Sumenep, menyambut gembira, karena kehadiran penyair perempuan ini sangat tepat sesuai dengan keinginan.
Perwakilah dari komunitas seni santriwati

“Saya salut usaha dari teman-teman penyair perempuan akan terus berkiprah dan membuktikan kepada publik, bahwa perempuan Madura juga sanggup menunjukkan karyanya dalam bidang sastra,” katanya.

Sementara Syaf Anton Wr selaku penggerak Forum Bias maupun penerbita dan pelaksanakan peluncuranb buku mengatakan, setelah peluncuran, silaturrahmi sastra selain di Annuqayah ini, juga akan dibawa ke sejumlah tempat di Madura maupun luar Madura.

“Kita berharap gerakan penyair perempuan Madura tidak sebatas ditunjukkan di tanah kelahiran mereka, juga akan ditunjukkan di luar daerah,” jelasnya 

Dalam kesempatan tersebut dikembangkan dialog sastra dengan pembicara diwakili Weni Suryandari dan Juawiriyah Mawardy, dan dipandu oleh Lilik Soebari (san)
Seterusnya.. | komentar
++++++

Solilokui

Sekilas Penyair

Marlena
 
Fõrum Bias : Jalan Pesona Satelit Blok O No. 9 Sumenep, Jawa Timur; email: forumbias@gmail.com
Copyright © 2016. Perempuan Laut - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger