Home » » Inikah Penulis Perempuan Inggris Terbaik

Inikah Penulis Perempuan Inggris Terbaik

George Eliot atau Mary Ann Evans dengan karyanya, Middlemarch, berada di posisi satu dalam 
daftar 100 novel Inggris terbaik.
Novelis-novelis terhebat asal Inggris adalah para perempuan. Begitulah hasil dari polling atau jajak pendapat para kritikus BBC Culture tentang 100 novel Inggris terbaik, dan Middlemarch karya George Eliot ada di posisi satu, diikuti oleh To The Lighthouse dan Mrs Dalloway karya Virginia Woold, Jane Eyre dari Charlotte Bronte, Wuthering Heights dari Emily Bronte, dan Frankenstein karya Mary Shelley juga masuk di 10 besar, sehingga hanya ada dua penulis pria di sana: Charles Dickens dengan Great Expectations, Bleak House, dan David Copperfield, serta William Makepeace Thackeray dengan Vanity Fair.

Amati lebih jauh lagi, dan Anda akan melihat bahwa buku yang ditulis perempuan hampir mengisi separuh dari daftar 20 besar hasil polling tersebut. Lihat lebih jauh lagi ke bawah sampai ke nomor 100, dan hampir 40 persen – sebuah pencapaian karena kritikus kami memilih karya yang bertahan di zaman itu, dan ditulis pada masa di mana dibutuhkan lebih banyak keberanian dan kegigihan buat perempuan untuk menulis karya dibanding penulis laki-laki. (Middlemarch memang berada di posisi satu, tapi jangan lupa, Mary Ann Evans merasa bahwa dia harus menerbitkan buku dengan menggunakan nama pria.) Hampir sepertiga dari judul buku dalam daftar tersebut berasal dari abad 18-19, dan 22 lainnya terbit sebelum 1950.

Hanya 13 novel yang berasal dari abad ini, dan dari era ini pun, mayoritasnya adalah perempuan. Dua dari tiga yang terbaru, semua terbit pada 2012, ditulis oleh perempuan: There but for the oleh Ali Smith dan NW oleh Zadie Smith (yang ketiga adalah novel Patrick Melrose karya Edward St Aubyn). Perempuan juga menjadi mayoritas dari tiga penulis terbaik yang masih hidup saat ini: bersama dengan Alan Hollinghurst, Zadie Smith dan Jeanette Winterson masing-masing punya dua buku. Dan penulis mana yang 'menang' dalam hal jumlah buku yang terpilih? Lagi-lagi perempuan, karena Woolf dan Austen, bersama dengan Dickens, masing-masing punya empat judul buku di daftar terbaik ini.

Perempuan unggul

Hasil ini kontras dengan sebagian besar polling serupa dalam satu dekade terakhir. Saat BBC mengenalkan Big Read pada 2003 untuk mencari novel terfavorit di Inggris, hanya empat buku dari penulis perempuan yang masuk ke 10 besar. Pada 2008, the Times mencari 50 Penulis Terhebat Inggris sejak 1945. Hasilnya? Hanya seperempat yang perempuan. Pada 2014, the Telegraph mendafar 20 Novel Inggris dan Irlandia Terbaik Sepanjang Masa, termasuk delapan perempuan – jumlah yang lebih mewakili tapi masih kurang dari 50% dan sayangnya tidak mengindikasikan sebuah tren.

Awal tahun ini, saat koran yang sama membuat daftar baru lagi – 100 Novel Yang Harus Dibaca Semua Orang – penulis perempuan hanya tiga dari 10 buku teratas, dan 19 penulis perempuan dari 100 dalam daftar. Sementara, kritikus sastra utama The Observer, Robert McCrum, menghabiskan dua tahun untuk mendaftar 100 novel terbaik dalam bahasa Inggris. Saat dia menerbitkan 10 novel terbaik sepanjang masa versinya pada bulan Agustus, dia hanya menyebut empat penulis perempuan. Dan secara keseluruhan, karya dari penulis perempuan hanya ada satu dari setiap lima judul pilihannya.
Zadie Smith memiliki dua buku dalam daftar 100 novel Inggris terbaik.
Jadi apa yang menyebabkan hasil temuan polling BBC Culture ini? Pertama, fokusnya adalah pada karya sastra Inggris, dan bukan karya internasional atau sastra berbahasa Inggris. Perbedaan lain adalah ini tidak membatasi diri pada periode waktu khusus, tapi mencatat semuanya dari Robinson Crusoe karya Daniel Defoe pada 1719 yang dipercaya adalah novel berbahasa Inggris pertama, sampai karya yang muncul pada dekade ini. Namun perbedaan ini belum menjelaskan bagaimana polling kami ini bisa menghasilkan lebih banyak karya dari penulis perempuan – bahkan tak bisa menjelaskan sama sekali. Selain itu, Amerika punya tradisi mengkilap soal penulis perempuan, dan jauh lebih mudah bagi perempuan untuk menjadi penulis dan memiliki karir sejak 1945 – awal mula daftar the Times – daripada sebelumnya.

Salah satu perbedaan utama antara polling BBC Culture dan daftar lainnya adalah bahwa daftar ini disusun secara eksklusif dari kritikus non-Inggris. Terbagi secara merata dari soal gender, dan berasal dari negara-negara termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Denmark dan India.


Penghargaan Buku

Secara kolektif, sudut pandang mereka sebagai orang luar menegaskan aspek penting dalam budaya sastra Inggris. Daftar ini menguatkan bahwa cengkeraman internasional dari berbagai penghargaan buku Inggris terutama saat mempromosikan buku di luar negeri dan menegaskan reputasi. Dari judul-judul abad 21 yang masuk dalam daftar, Small Island karya Andrea Levy memenangkan Bailey's Women Prize for Fiction (saat itu dikenal sebagai Orange Prize), dan White Teeth dari Zadie Smith memenangkan, beberapa di antaranya, Costa Novel Award (saat itu bernama Whitbread). The Line of Beauty karya Hollinghurst, Wolf Hall karya Hilary Mantel dan The Sense of an Ending karya Julian Barnes semuanya memenangkan Man Booker Prize, dan Atonement karya Ian McEwan, The Little Stranger karya Sarah Waters, dan Brick Lane karya Monica Ali juga masuk nominasi.
Empat novel karya Virginia Woolf masuk dalam daftar 100 novel terbaik Inggris pilihan kritikus asing.
Namun yang lebih penting, bagi orang luar daripada orang Inggris, lansekap sastra Inggris terlihat lebih didominasi oleh perempuan. Kenapa? Karena rangkaian karya perempuan dalam daftar ini menghancurkan upaya untuk melakukan generalisasi. Ada karya klasik feminis seperti The Golden Notebook karya Doris Lessing, karya era tertentu seperti Excellent Women karya Barbara Pym, dan buku-buku yang butuh dibaca luas – seperti A Legacy dari Sybille Bedford. Saya bersorak gembira ketika melihat Old Filth karya Jane Gardam di nomor 71; salah satu catatan terbaik tentang bagaimana keinggrisan berubah dalam 100 tahun terakhir – bacaan menyenangkan sejak dari awalnya yang tajam dan sinis sampai akhirnya yang seperti elegi.

Tapi, mungkin saja, semua kritik yang biasanya ditujukan pada 'tulisan perempuan' masih tetap berlaku di kalangan pembaca asing. Fokus domestik dan kanvas yang kecil? Dua-duanya adalah bahan dasar untuk fiksi yang bisa menceritakan tema-tema universal seperti hubungan antar manusia, anak-anak, dan kehidupan internal yang kaya.

Kita pun tak seharusnya melupakan bahwa kritikus diminta untuk mengidentifikasi novel Inggris terbaik, bukan hanya novel terbaik yang kebetulan ditulis oleh penulis asal Inggris. Mungkinkan bahwa aspek perempuan – seperti, kecenderungan untuk melihat diri sebagai pihak yang diremehkan – bisa cocok dengan aspek karakter nasional Inggris, sehingga menghasilkan esensi yang kemudian dicari oleh pembaca dari luar negeri pada novel yang khas Inggris? Penjelasan yang lebih mungkin adalah, begitu banyak generasi penulis perempuan yang merasa dirinya dua kali menjadi orang luar atau outsider – dari jenis kelamin dan profesi kreatif – sehingga hasil pengamatan mereka menarik buat orang asing lainnya.

Tapi mungkin yang paling penting adalah fakta mendasar bahwa kritikus yang ditanya tidak tinggal di Inggris. Karena bukan hanya polling yang menyatakan bahwa penulis terbaik kita adalah para pria. Beberapa upaya dilakukan di penerbitan AS seperti di Paris Review dan New York Times Book Review untuk mengoreksi ketidakseimbangan gender dalam soal buku yang dibahas dan peresensi yang direkrut, tapi London Review of Books masih ketinggalan.

Sampai tahun lalu, 82% dari semua artikel yang ditulis di LRB ditulis oleh pria, dan perubahan masih terjadi secara pelan. Bagi siapapun yang mendalami budaya sastra London, mungkin Ian McEwan, Salman Rushdie dan Kazuo Ishiguro akan mendominasi, namun dalam polling kami, masing-masing penulis ini hanya punya satu judul (Atonement,Midnight’s Children dan Never Let Me Go). Dan Martin Amis malah tidak disebut sama sekali, sementara ayahnya, Kingsley, punya satu judul dari buku debutnya Lucky Jim. Yang juga tak terlihat dalam polling tersebut adalah Will Self.

Daftar terbaik seringnya menimbulkan kemarahan tapi juga membuat orang tertarik – terutama yang mendaftar sesuatu yang subjektif, seperti novel. Tapi secara keseluruhan, polling ini mengkonfirmasi sesuatu yang dikatakan oleh Virginia Woolf pada 80 tahun lalu di A Room of One's Own: masalahnya bukanlah perempuan penulis Inggris tak menghasilkan karya yang kuat dan bermakna dengan orisinalitas yang mengagumkan, bobot intelektual, dan kesan emosional yang kuat. Masalahnya adalah dunia sastra, bahkan sampai sekarang, masih ragu-ragu untuk mengakui pencapaian itu.

Sumber: http://www.bbc.com/indonesi


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

++++++
 
Fõrum Bias : Jalan Pesona Satelit Blok O No. 9 Sumenep, Jawa Timur; email: forumbias@gmail.com
Copyright © 2016. Perempuan Laut - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger