Home » » Karcis Berdarah

Karcis Berdarah

Pentigraf: Lilik Rosida Irmawati



Perempuan itu termangu, genangan air mata bersimbah tetapi dia tak peduli. Beberapa penumpang acuh saja melewati menuju bangku belakang, bus hampir penuh. Rupanya tidak ada satupun penumpang yang bersedia duduk sebangku dengan perempuan yang terisak-isak, wajah murung, tatapan kosong dan pasi. Setelah tengok kesana kemari akhirnya aku memutuskan duduk disebelahnya. Bergidik hatiku ketika bersirobok dengan tatapannya, penuh luka berdarah.

Bus perlahan meninggalkan terminal, mengerling sembunyi dari gelap kacamata kuperhatikan lebih seksama. Usianya sekitar tiga puluh tahun, wajah tirus dan semakin pucat terlihat dari slayer merah maron yang melilit dilehernys. Tujuannya Caruban begitu kondektur mencoret di karcis dengan spidol merah. Tak berapa lama perempuan itu menuliskan sesuatu dibalik karcis dan tangannya bergetar menyodorkan padaku, " aku sedang ingin menuju kesunyian yang abadi,"

Bulu kudukku merinding dan keringat dingin mulai menetes. Tak ada sesuatu yang aneh ketika kutengok depan, kiri dan belakang. Seakan memahami kegelisahanku perempuan itu tersenyum dan mengalihkan pandangan pada karcis yang masih kupegang, darah menetes perlahan. Secara reflek sopir menginjak rem ketika terdengar teriakan ketakutan keluar dari mulutku. Semua mata melongo menatap penuh tanya ketika kuacungkan selembar karcis, darah semakin deras mengucur. Kulihat seringai perempuan itu sebelum tubuhku lunglai, terjatuh.

31-01-2017


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

++++++
 
Fõrum Bias : Jalan Pesona Satelit Blok O No. 9 Sumenep, Jawa Timur; email: forumbias@gmail.com
Copyright © 2016. Perempuan Laut - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger